About

Terimakasih telah berkunjung di blog ini. Blog ini adalah ruang untuk belajar menungakan kreativitas diri dalam hal olah pikiran. Olah pikiran tidak akan berjalan dengan baik ketika tidak ada komunikasi antara empunya dengan para pembaca semua. Syaratnya tidak lain adalah adanya sharing hasil dari olah pikiran dengan Anda semua. Jadi sangat penting sekali adanya tukar pikiran antara saya dengan Anda semua, yaitu pembaca dan penikmat hasil pemikiran nakal saya. 

Siapakah empu dari blog ini?
Adi Dzikrullah Bahri, seorang pelajar Faculty of Forestry di Bogor Agricultural University. Dia adalah seorang pelajar yang sedang belajar untuk dapat mengolah segala yang ada dalam pikiran. Adi Dzikrullah Bahri adalah seorang mahasiswa biasa, yang kesehariannya diisi dengan studi, membaca, menulis, dan sambung rasa dengan dunia sosialnya.

Adi Dzikrullah Bahri dalam Keluarga?
Dia lahir dari keluarga petani sederhana. Saiful Bahri, sosok ayah yang luar biasa. Penuh kesabaran dalam membimbing keluarga. Dirinya tak kenal lelah untuk mencurahkan perhatiannya demi kemajuan anak-anaknya. Siti Rahmah, sosok ibu yang sangat halus hatinya. Kasih sayangnya menembus batas. Memberikan berjuta pelajaran. Dari tangannya yang lembut itulah muncul generasi-generasi yang luar biasa. Amhilhum Ruwaida Bahri, sosok kakak yang mampu menembus pola pikir yang selama ini mengakar rumput di masyarakat desa. Meski dia sosok wanita, tetapi dengan kepiawaiannya dia merubah pandangan bahwa wanita bisa menempuh studi sampai tinggi. Anang Hudallah Bahri, sosok kakak yang sabar dan tegas. Hatinya begitu lembut, mempunyai respon yang luar biasa terhadap keadaan sosial. Rikza Saifullah Bahri, sosok kakak yang tegas. Berpendirian yang kuat, dan tekat untuk berubah menjadi lebih baik yang tinggi. Imas Rubaiyah Bahri, sosok adik yang patuh dan hormat kepada orang tua dan saudaranya yang paling tua. Kepatuhannya tidak menutup kemungkinan untuk berpikran kritis dan liar. Kemandirian yang kuat telah tertanam semenjak bangku SMP ditinggal saudara-saudaranya menuntut ilmu di luar kota. Itulah sosok-sosok yang membentuk kepribadian seorang Adi Dzikrullah Bahri.


Seorang lelaki yang anti kemapanan, tetapi akan berusaha kesejahteraan untuk petani. Mengapa harus petani yang diperjuangkan. Petani adalah basis massa terbesar di negara ini. Petanilah yang mampu memberikan harapan tentang ketahanan pangan dan sumberdaya alam bagi bangsa ini. Dan sayangnya petanilah yang selama ini masih menjadi golongan yang terpinggir dan termarginalkan. Oleh karena itu, dipikiran seorang Adi Dzikrullah Bahri, petani harus sejahtera. 

Adi Dzikrullah Bahri, lahir tepat tanggal 16 November 1988 di daerah yang sangat dicintainya, Jombang Jawa Timur Indonesia. Mempunyai riwayat pendidikan yang sederhana, tetapi di situlah pembentukan pemikiran dimulai. 

Adi Dzikrullah Bahri dalam Belajar? 
Taman Kanak-Kanak Pertiwi Pulorejo, dibimbing oleh dua ibu yang sangat berjasa baginya. Bu Suhartien yang mempunyai ketelatenan dan kesabaran besar. Bu Soffi yang penuh dengan kasih sayang. 

Sekolah Dasar Negeri 2 Pulorejo. Di sinilah dia mulai tertarik dengan dunia membaca. Dorongan dari Bu Sudartik, ketika banyak teman-teman sebayanya asyik dengan bermain, Adi Dzikrullah Bahri menghabiskan waktunya dengan membaca. Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Ngoro. Di sinilah dia mulai belajar berorganisasi. Dorongan yang kuat dari Bu Kuswinarti membuatnya untuk memikirkan teman-teman sekolahnya. Dengan ikhlas dia melalui masa ketika sebuah amanah untuk menjadi Ketua OSIS. Tidak lupa, dengan kegiatan ekstrakurikuler, dalam asuhan Mas Joko Wiyono, Mas Heru, dan Mas Setiono B, Adi Dzikrullah Bahri semakin kuat dalam hidupnya. Pun dengan Bapak Nasuchah Alm. dia olah spiritualnya dalam organisasi Remaja Masjid atau sewarna dengan Rohis. 

Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Jombang. Dilalui dengan tempaan yang luar biasa. Pembentukan karakter terasa kuat semenjak duduk di bangku kelas 1. Tempaan oleh Bu Chumaidah, Bu Dewi Arifiati, Bu Endah, dan Bu Tatik membuatnya semakin yakin menatap masa depan. Hidupnya di tingkat SMA ini begitu berwarna. Kecintaanya dalam dunia membaca dan menulis memaksanya untuk menghidupkan kembali media pers yang ada di sekolah tercinta. Kelas 1 menjadikannya seorang Redaktur Majalah Sekolah. Bersama temannya Wahyu Nur Hidayat dia menemukan dunianya, yaitu dunia menulis yang begitu luas. 

Tidak berhenti di situ, semangatnya ditemukan ketika Bu Tatik dan Bu Endah dengan sabar menggembleng untuk kreatif dalam menuangkan pemikiran dalam bentuk karya tulis ilmiah. Terhitung lima karya tulis dihasilkan dari buah kesabaran seorang Adi Dzikrullah. Uniknya, semua karya tulis bertemakan agricultural secara luas dengan pendekatan aspek sosial. Bu Chumaidah, Pak Sholah, dan Bu Dewi Arifiati mewarnai gerakannya dalam bidang spiritual. Berbagai penguatan filosofi dan theologi didapatkan. 

Hasilnya sebuah amanah besar dipegannya. Ketua Umum Remaja Masjid dijalankan dengan Ikhlas. Dia mampu merombak semua pemikiran egoisme dan fanatik berlebihan. Dia gerakkan segala pikirannya untuk melawan segala gerakan dan pemikiran transnasional yang telah melewati sebagian besar teman-teman sejawatnya. Meletakkan kembali pondasi kebersamaan dan kasih sayang sesama yang diusung. Mempertahankan kultur lama yang baik dan mencari inovasi baru yang lebih baik itulah yang selalu di junjung. 

Kancahnya tidak berhenti di lingkup internal sekolahnya. Di luar itu, dia mampu mendamaikan egoisme eksklusifiesme yang pada waktu itu bercokol di individu-individu siswa SMA di Kabupaten Jombang. Yang dijunjung adalah bahwa kita semua sama, yaitu pelajar SMA di Kabupaten Jombang. Tidak ada yang lebih unggul atau rendah, statusnya adalah pekajar. Dan sekarang, Adi Dzikrullah Bahri adalah seorang mahasiswa. Sebuah kedudukan yang istimewa sekali yang pernah dirasakan. Ketika banyak teman-temanya yang belum mendapatkan kesempatan studi lanjut, dia berani bertekat untuk studi lebih lanjut. Bukan kemewahan yang diharapkan, justru anti kemapanan yang selama ini dijalankan. 

Di bangku kuliah inilah dia bertemu berbagai karakter individu yang berbeda. Seorang Wira Ari Ardana, dialah teman yang selama ini menjadi korban sebagai tempat berdiskusi kritis. Anggiana Ginanjar, seorang yang sangat memperkaya pemikiran Adi Dzikrullah Bahri. Bayu Pranayudha, seorang yang telah memberikan pelajaran yang namanya kesetiaan dan ketulusan. 

Berada di kampus yang terkenal dengan keseragaman, Adi Dzikrullah Bahri memperlihatkan pemberontakannya. Dia anti penindasan. Dia anti keserakahan. Dia anti peniadaan. Bahkan siapapun yang dengan nama Tuhan ternyata meniadakan yang lain, Adi Dzikrullah akan berada di barisan paling depan untuk melawan. Bangku perkuliahan inilah yang membuatnya berfikir keras. Tuntutan untuk hidup mandiri tidak meniadakan sifatnya untuk memikirkan kemajuan massa atau kolektif. Dia sangat anti Ke-individu-an. Meletakkan kembali kerangka berfikir dan cara pandang memang sangat susah sekali. 

Tingkat satu dia lewati di TPB IPB. Pemberontakan pernah dia alami. Dia lebih memilih dari sebuah sistem daripada kebebasan berfikir direnggut. Dia sangat menyayangkan jika sebuah pergerakan sarat dengan atribut dan teknis. Yang dia harapkan adalah peng-kaya-an substansi akan segela pergerakan yang ada. 

Tingkat dua, pergolakan pemikiran dihadapi. Semua mengalami perombakan dengan sendirinya. Tetapi kekuatan yang selama ini dipegangnya membuat dia semakin kuat. Mempertahankan yang lama yang baik, dan mencari inovasi baru yang lebih baik. Di Fakultas Kehutanan begitu luas pemikaran yang didapatkan. Di sinilah dia mulai mengenal Mas Agus, yang dengan sabar membelajarkan untuk mampu meletakkan segala ego yang ada. Mas Yusuf yang telah merekonstruksi pemikiran menjadi lebih baik. 

Pak Sudarsono yang telah membelajarkan bahwa Orang Keci dan atau Petani harus sejahtera. Pak Budi yang telah mengajari bahwa sebagai makhluk-Nya kita tidak patut hanya membangun prasangka tanpa ada klarifikasi terhadapnya. Pak hariadi, beliaulah yanng telah meletakkan pondasi kerangka berfikir seorang Adi Dzikrullah Bahri.